Dolar AS Menguat Dalam 6 Minggu Terakhir | USD FEB 2023`
Dolar AS makin menguat ke level tertinggi enam minggu di awal perdagangan Eropa hari Jumat, setelah data ekonomi AS yang kuat dan komentar hawkish dari para pengambil kebijakan Federal Reserve yang mengarah pada kenaikan suku bunga lanjutan. Pukul 14.00 WIB, Indeks Dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, diperdagangkan menguat 0,5% ke 104,345, berada di jalur kenaikan minggu ketiga berturut-turut.
Data yang dirilis Kamis mengindikasikan ekonomi AS tangguh, karena jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun secara tak terduga minggu lalu, sementara harga produsen meningkat pada Januari. Hal ini menyusul penjualan ritel yang pulih tajam pada bulan Januari setelah alami dua penurunan bulanan berturut-turut dan inflasi konsumen lebih tinggi di awal pekan.
"Data tersebut memberikan amunisi bagi The Fed untuk tetap berada dalam mode hawkish dan bagi pasar untuk terus memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed sebanyak dua hingga tiga kali lagi pada musim panas," para analis di ING menjelaskan dalam sebuah catatan. Kekuatan ekonomi AS yang terlihat jelas telah memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk melanjutkan kampanyenya melawan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang lebih agresif.
Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa ia telah melihat "kasus ekonomi yang menarik" untuk meluncurkan kenaikan 50 basis poin lagi, dan Presiden St Louis James Bullard mengatakan bahwa ia tidak akan mengesampingkan dukungan untuk kenaikan seperti itu di bulan Maret, daripada peningkatan sebanyak 25 bps.
Bullard menambahkan bahwa suku bunga kebijakan Fed di kisaran 5,25% hingga 5,5% akan cukup untuk meredam laju kenaikan harga - di atas suku bunga 5% hingga 5,25% yang disarankan oleh para pengambil kebijakan Fed pada bulan Desember. Sikap hawkish ini telah mendorong imbal hasil obligasi 10 tahun negara ke level tertinggi sejak akhir Desember.
Di tempat lain, EUR/USD turun 0,3% ke 1,0633, merasakan dampak dari lonjakan dolar, diperdagangkan di level terendah sejak 9 Januari. Kepala Ekonom European Central Bank (ECB) Phillip Lane mengambil sikap dovish pada hari Kamis, mengatakan bahwa sebagian besar dampak pada inflasi dari kenaikan biaya pinjaman baru-baru ini belum terasa.
GBP/USD turun 0,4% menjadi 1,1941, jatuh ke level terendah enam minggu, setelah penjualan ritel Inggris naik 0,5% dalam sebulan pada Januari, lebih kuat dari penurunan yang diperkirakan sebesar 0,3%. USD/JPY menguat 0,6% di 134,74, naik ke level tertinggi sejak akhir Desember, dengan yen tertekan oleh kenaikan imbal hasil AS.
Masih ada banyak ketidakpastian mengenai arah kebijakan moneter di bawah Gubernur Bank of Japan yang baru, Kazuo Ueda, yang akan diresmikan pada minggu depan. Ueda menghadapi tugas berat untuk mengarahkan ekonomi Jepang melewati masalah kenaikan inflasi dan melemahnya pertumbuhan ekonomi. AUD/USD yang sensitif terhadap risiko turun 0,5% ke 0,6842, mendekati level terendah satu bulan, sementara USD/CNY naik 0,2% di 6,8765, meskipun para pemimpin tinggi China menyatakan "kemenangan yang menentukan" atas COVID-19.