Fundamental Ekonomi Covid19 .:.
Dampak Corona Terhadap Gold dan Forex Oleh Trump
Tinjauan Fundamental Volatilitas ekstrem di pasar keuangan masih berlanjut sepanjang pekan lalu. Seiring dengan aksi jual di pasar saham, harga emas ikut terseret hingga level USD1451 per troy ounce, terendah dalam 5 bulan, sebelum ditutup pada level 1497.09. Harga penutupan tersebut melemah sebesar 2.1% dibandingkan minggu sebelumnya. Sementara itu, Indeks US Dollar naik hampir 4% ke level 102.38.
Perkembangan penyebaran wabah virus corona (Covid-19) yang begitu cepat -terutama di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa- telah menambah kepanikan pasar. Emas sempat rebound menyusul rencana paket stimulus yang diusulkan Presiden AS Donald Trump, tapi kembali melemah seiring dengan meroketnya US Dollar yang sulit dibendung.
Investor tampak lebih nyaman dengan aset dalam bentuk cash, karena kekhawatiran terhadap resesi global yang tidak terhindarkan. Minggu ini, pergerakan harga emas masih akan dipengaruhi oleh perkembangan wabah corona dan tindakan negara-negara yang terdampak corona untuk menjaga pertumbuhan ekonomi masing-masing. Data dan peristiwa penting yang akan menjadi perhatian pasar minggu ini adalah Jobless Claims AS yang diperkirakan melambung hingga 750,000 klaim, serta G20 meeting yang akan dilakukan via satelit.
Survei yang dilakukan Kitco.com menunjukkan mayoritas trader memperkirakan harga emas akan rebound minggu ini. Sekitar 69% pemain Wall Street memperkirakan bullish, 0% bearish, dan 31% memperkirakan netral atau sideways. Sementara itu, 51% pemain Main Street memperkirakan bullish, 31% bearish, dan 18% netral.
Sikap Presiden Donald Trump Dalam Menghadapi Corona
Presiden Donald Trump menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan wabah virus Corona (Covid-19) merusak ekonomi AS dalam jangka panjang. Trump juga tengah mempertimbangkan langkah lanjutan setelah usainya 15 hari lockdown yang akan berakhir pekan depan.
Pernyataan terbaru dari Trump mengisyaratkan bahwa opsi lockdown sejatinya bukan menjadi priotitas utama dalam upaya menghambat penyebaran Covid-19. Data terbaru mengungkapkan bahwa penderita virus Corona terus meningkat signifikan di seluruh negara bagian, hingga membuat AS menduduki peringkat ketiga di bawah China dan Italia dalam hal jumlah kasus positif Covid-19.
Dolar AS Terkoreksi, The Fed Jadi Biangnya Pada pukul 07:57 WIB, Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan USD terhadap enam major currencies berada di level 101.85, melemah 0.60 persen dari harga Open harian. Meski tercatat turun, Dolar AS secara umum masih berada di kisaran tertinggi sejak Desember 2016 yang tersentuh pada akhir pekan lalu.
Kemerosotan terbatas Dolar AS pagi ini lebih disebabkan oleh sentimen pelaku pasar dalam menyikapi langkah The Fed yang mengumumkan rencana pembelian surat berharga di tengah pandemi Covid-19. "Pandemi virus Corona telah membawa kerusakan besar terhadap perekonomian AS dan seluruh dunia.
Upaya agresif harus diambil baik pada sektor pemerintah maupun swasta untuk membatasi kerugian pada pekerjaan dan pendapatan warga AS," kata The Fed dalam pernyataan terbarunya. Meskipun demikian, analis optimis jika performa Dolar AS masih disokong oleh upaya pemerintah dalam menggelontorkan stimulus. "Salah satu hal yang benar-benar perlu kita lihat adalah lebih banyak lagi amunisi fiskal dari pemerintah," kata Mazen Issa, ahli strategi forex dari TD Securities di New York.